Tawuran Remaja Sekolah
Jakarta - Sembilan pelajar dari tiga SMK kembali tertangkap
hendak melakukan tawuran pelajar. Kali ini mereka tertangkap oleh warga
yang geram melihat tingkah laku mereka seperti jawara.
Pantauan di lapangan, Senin (1/2/2015), sembilan pelajar tersebut terdiri dari SMK 1 sebanyak 6 pelajar, SMK 7 sebanyak 2 pelajar, dan SMK Grafika Yayasan Lektur sebanyak 1 pelajar. Mereka tertangkap oleh warga hendak membajak Metromini 52 jurusan Kp Melayu-Cakung.
"Mereka ada 20 orang, waktu saya narik dengan kondisi penumpang lumayan banyak kendaraan saya dihentikan oleh mereka," ujar Ucok Sirait, pengemudi Metromini, di polsek Jatinegara.
Aksi pelajar tersebut membuat takut penumpang. Bagaimana tidak, berbekal celurit dan pedang mereka pun membajak Meromini tersebut.
"Leher saya dikalungi celurit pak, otomatis saya berhenti. Ketika mereka naik semua belum sempat jalan salah satu dari pelajar ini memprovokasi warga, ya warga jadi emosi akibatnya kaca mobil saya jadi pecah," tuturnya.
Mendapat laporan dari masyarakat, anggota Polsek Jatinegara segera datang ke lokasi kejadian. Pelajar tersebut langsung kocar-kacir berhamburan alhasil hanya sembilan pelajar yang tertangkap.
"Ini mereka semua kita bawa ke sini untuk kita data," ujar Kapolsek Jatinegara, Kompol Dasril.
Seperti belasan pelajar yang sebelum tertangkap oleh anggotanya. Sembilan pelajar tersebut kembali disuruh berjalan jongkok dan buat pernyataan tertulis sebanyak delapan halaman.
"Terkait pemecahan kaca ini kan oleh warga, warga tersulut emosinya oleh pelajar ini," kata Dasril.
Dasril mengatakan tindakan ini sebagai antisipasi terjadinya aksi tawuran di Jatinegara. Pihaknya juga akan memberikan sosialiasi dampak-dampak dari tawuran pelajar.
"Kita akan datang ke sekolah kita sampaikan akan terkenal pasal ini kalau sampai membacok, kalau korban sampai tewas bisa terkena pasal pembunuhan, karena aksi tawuran ini bukanlah kenakalan biasa. Sejauh ini totalnya ada 27 pelajar dari 7 sekolah yang berbeda," tutupnya.
Demikian dalam menyelesaikan konflik adanya
pengendalian-pengendalian terhadap siswa yaitu dengan mengajarkan beberapa hal
tentang pendidikan moral serta agama supaya dapat bertoleransi terhadap orang
lain yang berbeda dengan dirinya.
Sumber:
http://news.detik.com
Pantauan di lapangan, Senin (1/2/2015), sembilan pelajar tersebut terdiri dari SMK 1 sebanyak 6 pelajar, SMK 7 sebanyak 2 pelajar, dan SMK Grafika Yayasan Lektur sebanyak 1 pelajar. Mereka tertangkap oleh warga hendak membajak Metromini 52 jurusan Kp Melayu-Cakung.
"Mereka ada 20 orang, waktu saya narik dengan kondisi penumpang lumayan banyak kendaraan saya dihentikan oleh mereka," ujar Ucok Sirait, pengemudi Metromini, di polsek Jatinegara.
Aksi pelajar tersebut membuat takut penumpang. Bagaimana tidak, berbekal celurit dan pedang mereka pun membajak Meromini tersebut.
"Leher saya dikalungi celurit pak, otomatis saya berhenti. Ketika mereka naik semua belum sempat jalan salah satu dari pelajar ini memprovokasi warga, ya warga jadi emosi akibatnya kaca mobil saya jadi pecah," tuturnya.
Mendapat laporan dari masyarakat, anggota Polsek Jatinegara segera datang ke lokasi kejadian. Pelajar tersebut langsung kocar-kacir berhamburan alhasil hanya sembilan pelajar yang tertangkap.
"Ini mereka semua kita bawa ke sini untuk kita data," ujar Kapolsek Jatinegara, Kompol Dasril.
Seperti belasan pelajar yang sebelum tertangkap oleh anggotanya. Sembilan pelajar tersebut kembali disuruh berjalan jongkok dan buat pernyataan tertulis sebanyak delapan halaman.
"Terkait pemecahan kaca ini kan oleh warga, warga tersulut emosinya oleh pelajar ini," kata Dasril.
Dasril mengatakan tindakan ini sebagai antisipasi terjadinya aksi tawuran di Jatinegara. Pihaknya juga akan memberikan sosialiasi dampak-dampak dari tawuran pelajar.
"Kita akan datang ke sekolah kita sampaikan akan terkenal pasal ini kalau sampai membacok, kalau korban sampai tewas bisa terkena pasal pembunuhan, karena aksi tawuran ini bukanlah kenakalan biasa. Sejauh ini totalnya ada 27 pelajar dari 7 sekolah yang berbeda," tutupnya.
ANALISIS:
Fenomena tawuran antar pelajar yang
terjadi disebabkan berbagai pandangan sesuatu yang beda penyebab lain bisa
seperti adanya perubahan sosial, adanya perasaan tidak senang atau dendam,
perbedaan kepentingan antar individu / kelompok dan juga buruknya komunikasi. Akibatnya
dengan adanya konflik tersebut dapat menimbulkan perpecahan, rusaknya sarana
dan prasarana umum, meningkatnya keresahan masyarakat, lumpuhnya roda
perekonomian, hancurnya harta benda dan jatuhnya korban jiwa. Tetapi dengan
adanya konflik memunculkan beberapa akibat positif antaranya meningkatkan
solidaritas kelompok, mendorong kekuatan pribadi untuk menghadapi berbagai
situasi konflik, munculnya norma baru, mendorong kesadaran kelompok yang berkonflik
untuk melakukan kompromi.
Konflik tawuran yang terjadi bila
hubungkan dengan teori Lewis Coser yaitu
konflik sebagai mekanisme perubahan sosial dan penyesuaian, dapat
memberi peran positif atau fungsi positif dalam masyarakat. Dengan kata lain
tawuran yang terjadi tidak hanya memberikan hal-hal negatif terhadap
masyarakat, tetapi hal positif dalam situasi tertentu dan kepada siapa positif
itu di terima. Tipe konflik dari konflik realitas sumber dari tawuran bisa dari
asal usul, sesuatu yang diunggulkan dari siswa, dengan mencemooh, kualitas
sekolah. Konflik non realistis sebab tawuran yaitu sumbernya dari ke tidak
rasional, ideologis siswa tawuran seperti masalah harga diri, dendam.
Selanjutnya konflik eksternal dengan adanya tawuran menciptakan dan mempererat
identitas kelompok, meningkatkan partisipasi anggota terhadap pengorganisasian
kelompok, perhatian orang tua dan guru dalam mendidik siswa - siswinya. Teori
internal dengan memberikan koreksi pada perilaku tawuran anggota kelompok.
Dengan adanya tawuran konflik tersebut bisa
diselesaikan dengan berbagai cara yaitu dengan konsiliasi yaitu dari pihak
tawuran di selesaikan di lembaga
tertentu sehingga memperoleh solusi atas masalahnya. Mediasi yaitu dengan
melalui jasa perantara yang bersikap netral sehingga perantara tersebut
mempertemukan dan mendamaikan pihak-pihak yang bersengketa tersebut.
Arbitrase yaitu penyelesaian tawuran
bisa melalui pihak ketiga dengan membuat keputusan-keputusan berdasarkan
ketentuan atau aturan yang telah di tetapkan. Adjudication yaitu penyelesaian
perkara di meja hijau. Atau dengan Stalemate yaitu tawuran yang berhenti
sendirinya. Dan dapat di cegah dengan
menumbuhkan rasa toleransi terhadap setiap orang dan pendidikan agama serta
moral terhadap siswa sekolah di usia
dini hingga dewasa.
Menurut Koentjaraningrat dalam
perilaku menyimpang terdapat
pengendalian sosial yaitu dengan : (1) Pengendalian sosial bersifat preventif,
adalah semua bentuk pencegahan terhadap terjadinya gangguan pada
keserasian antara kepastian dan
keadilan, atau dengan kata lain tindakan preventif adalah tindakan pencegahan
terhadap kemungkinan terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap norma-norma
sosial. (2) Pengendalian sosial bersifat represif adalah pengendalian sosial
yang bertujuan untuk mengembalikan keserasian yang pernah terganggu karena
terjadinya suatu pelanggaran. Pengendalian sosial secara represif dilakukan
dengan cara menjatuhkan sanksi sesuai dengan besar-kecilnya pelanggaran yang
dilakukan. (3) Pengendalian intrinsik dan ekstrinsik, pengendalian intrinsik
adalah pengendalian oleh diri seorang individu dengan berfikir secara jernih,
sabar, dan jujur sehingga seseorang tidak terjerumus ke dalam tindakan-tindakan
yang menyimpang, di dalam ilmu jiwa, alat pengendali ini dinamakan hati nurani,
hati nurani pada dasarnya selalu bersifat jujur dan benar, seakan merupakan
petunjuk Tuhan kepada umat-Nya secara abstrak dan spiritual. Pengendalian ekstrinsik, adalah
pengendalian terhadap perilaku menyimpang oleh pihak lain antara lain bisa
dilakukan oleh orang tua, keluarga dan kerabat, pihak tokoh agama, dan
masyarakat, serta aparatur negara
seperti kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan. (4) Pengendalian internal dan
eksternal, pengendalian sosial internal adalah pengendalian sosial yang berasal
dari dalam lembaga itu sendiri, misalnya pada Departemen Pendidikan Nasional
ada aparat pengendali yang di sebut inspektur jenderal / hingga para pengawas
di tingkat pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi, semua bentuk
pengawasan ataupun pengendalian yang dilakukan dari dalam lembaganya sendiri
disebut pengendalian sosial internal. Pengendalian eksternal, merupakan
pengendalian sosial yang berasal dari
luar lembaga, misalnya oleh kepolisian atau oleh tokoh-tokoh masyarakat selaku
pengamat pelaksanaan kebijakan
pemerintah.(HTS, Edukatif. 2010)
Sumber:
http://news.detik.com
Komentar
Posting Komentar